Absolute Midnight

Magic Nights of War

No: 084
Judul : Absolute Midnight (Abarat #3)
Pengarang : Clive Barker
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cet. 1; 2015
Tebal Buku : 632 hlm; 23 cm
Rating : 3 of 5

Akhirnya….. setelah cukup lama tertunda, saya bisa juga posting review buku yg satu ini. Buku ini hadiah dari Blogiversary Giveaways yg diadain oleh mba @alvina13. Blog mba Vina ini jadi salah satu referensi saya klo mau nyari buku bagus, wajib pokoknya deh. Nah, biasanya saya itu paling males ikut GA, karena selama ini ga pernah hoki sama yg namanya undian. Tapi pas liat salah satu hadiahnya adalah buku Abarat #3, saya ngotot ikutan. Dan ternyata mestakung, saya jadi salah satu pemenangnya. Yippiee…..

Abarat: Absolute Midnight (Tengah Malam Total) adalah buku ke-3 dari Abarat Series. Thanks to GPU sebagai penerbitnya untuk tidak mengkutak-katik ukuran buku ini. Abarat #3 ini tebalnya 623 hlm hampir 2x tebal buku sebelumnya. Kertasnya buram dan tipis, bukan HVS seperti 2 buku lainnya. Secara kualitas memang agak menurun, tapi ada untungnya juga sih, buku ini jadi lebih ringan dan ga bikin tangan pegel :p

Saya membaca buku ini dengan ekspektasi yg cukup tinggi, tapi… setelah selesai hanya ada satu kata yaitu: Anti Klimaks!!! Eh itu dua kata ya? Pokoknya itulah yg saya rasakan setelah membalik halaman terakhir buku ini. Ada perasaan kecewa tapi trus mau ngapain?

Besok pagi takkan ada matahari.
Tak ada bulan menghiasi malam.
Bintang-bintang pergi tanpa mohon diri.
Sajak ini memaklumkan cahaya yang akan padam.

Maka dimulailah episode baru dalam kisah petualangan epik Candy Quackenbush di dunia Abarat, yang setiap Jam-nya berupa pulau, dan segala sesuatu tak seperti yang tampak. Candy dan Malingo bertualang bersama John Bersaudara dan sejumlah tokoh lain yang mereka jumpai sepanjang jalan. Tetapi Candy selalu terlibat masalah, ke mana pun pergi. Terlebih kali ini, sebab Mater Motley yang gila kekuasaan makin agresif ingin menjadi Ratu seluruh Pulau itu. Caranya sederhana saja. Dia akan menggelapkan langit, memadamkan matahari-matahari, bulan-bulan, dan bintang-bintang. Dia akan menciptakan Tengah Malam Total.

SPOILER ALERT!!!

Tadi sudah sempat saya singgung kalau buku ini anti klimaks. Mungkin kalian yg udah baca buku ini juga merasakan hal sama. Atau cuma saya ya? Dari awal cerita, saya mendapatkan kesan atau saya terlalu mengharapkan sesuatu yg dahsyat bakalan terjadi. Mother Motley, tokoh jahat di dalam cerita ini semakin bernafsu menguasai dunia. Ia mempersiapkan dan memilih sendiri pasukan tambal sulamnya dengan cermat. Jika dia melihat sedikit saja kelemahan dari pasukan tambal sulamnya, Mother Motley pasti langsung menghabisinya. Bahkan jika orang kepercayaan MM meragukan keputusan yg diambilnya, dia tidak segan membunuhnya dan menjadikan mereka boneka yg menghiasi gaunnya. Ribuan pasukan tambal sulam dan makhluk gelap yg akan menggerogoti cahaya hingga akhirnya menghasilkan kegelapan total sudah tidak sabar beraksi. Belum lagi satu makhluk yg masih dirahasiakan hingga akhir yg bakal jd kunci kemenangan Mother Motley semakin bisa dirasakan kehadirannya.

Jadi, tidak salah kalau saya membayangkan kehancuran dunia Abarat. Taaapiiiii pada kenyataannya nggak seperti itu. Dunia Abarat memang hancur, banyak yg mati, ada tokoh utama yg mati (tapi ngga jadi, udah sempet sedih padahal) tapi Abarat masih ada dan siap untuk buku selanjutnya 🙂

Di buku #3 ini, Clive Barker, penulis buku ini, sepertinya ingin mengobrak-abrik anggapan orang tentang karakter-karakter di bukunya. Putri Boa, sosok yg selama ini digambarakan baik tiba-tiba berubah menjadi jahat. Sementara Carrion tokoh yg tadinya jahat, dengan malu-malu kucing menunjukkan sisi baiknya. Perubahan karakter Putri Boa yg tiba-tiba, membuat saya mempertanyakan keputusan 3 penyihir yg telah menyelamatkan jiwa Putri Boa dengan memasukkannya ke dalam tubuh Candy? Apakah mereka sebetulnya juga jahat seperti Putri Boa? Atau mereka sekedar tertipu? Dan yg paling menggelikan bagi saya adalah perubahan ayah Candy, dari orang yg nggak banget berubah jd tukang khotbah terkenal dengan sejumlah pengikut yg loyal. Isi khotbahnya kebanyakan menyerang Candy, anaknya sendiri, si Bapak ini menyatakan Candy sebagai utusan kejahatan dan wajib dihukum. Kocak bener pokoknya.

Dibanding 2 buku sebelumnya, buku ke-3 ini bisa digolongkan ke dalam katagori Dark Fantasy. Karena buku ini lebih gelap, suram dan kejam.

Awalnya saya mengira Dunia Abarat akan berakhir di buku ke-3. Setelah tanya ke Mbah Gugel, ternyata Clive Barker sudah selesai menulis buku ke-4 lengkap dengan ratusan ilustrasi yg dibuatnya sendiri. Ngomong-ngomong soal ilustrasi, buku ke-3 ini jg dipenuhi ilustrasi karya Clive Baker lho… tapi sayangnya karena kertasnya bukan HVS, ilustrasinya jd kurang stand out. Kesimpulannya, meski agak-agak sebel dengan buku ke-3 saya tetep pengen baca lanjutan petulangan Candy dkk. Cukup 3 bintang untuk dunia Abarat kali ini

Posted from WordPress for BlackBerry.

Abarat

Abarat

No: 072
Judul: Abarat (Abarat #1)
Pengarang: Clive Baker
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cet. 2; November 2007
Ukuran Buku: 440 hlm; 23 cm
ISBN: 979-22-0340-0
Edisi: Bahasa Indonesia
Genre: Fantasy
Rating: 5/5

“Percayalah padaku:
Ada dua kekuatan
Yang menguasai jiwa.
Satu: Tuhan.
Satunya lagi: arus pasang”

Bagaimana ya rasanya jadi seorang Candy? Tinggal di sebuah kota kecil yg lebih banyak dihuni ayam daripada manusia. Hidup bersebelahan dengan kandang ayam saja, saya nggak tahan apalagi harus tinggal di kotanya Candy.

Candy Quackenbush, adalah seorang gadis remaja yg tinggal di tempat paling membosankan sedunia: Chickentown, Minnesota. Ia muak dengan hidupnya, ayahnya seorang pemabuk dan suka bersikap kasar pada keluarganya. Di sekolah Candy bukan murid yg populer dan kota tempat Candy tinggal benar-benar payah. Candy sering bertanya-tanya seperti apakah masa depannya nanti. Ia takut tejebak di kota kecil yg mengerikan ini.

Berawal dari tugas sekolah yg cukup sederhana yaitu mengumpulkan sepuluh fakta menarik mengenai kota tempat tinggal mereka, pemikiran Candy sedikit berubah. Ternyata kotanya tidak semembosankan perkiraannya. Sayang kata-kata Miss Schwartz menghancurkan harapan Candy. “Apa yg kau tulis itu bukan fakta. Lebih cocok disebut potongan-potongan gosip konyol. Tidak lebih. Karya ini tidak berguna-seperti kebanyakan karya-karyamu yg lainnya.” – p.38

Merasa frustasi dan tidak dihargai, Candy pergi meninggalkan sekolah ke pinggiran kota dimana terlihat sisa-sisa dermaga dan mercusuar yg hampir runtuh. Jika ada dermaga dan mercusuar, itu artinya laut. Tapi disini di Minnesota, di tengah-tengah padang rumput yg sangat luas, lautan adalah sesuatu yg mustahil.

Keheranan Candy tidak berlangsung lama, secara tak terduga ia bertemu dengan John Mischief, seorang pencuri yg ketujuh saudaranya tinggal di tanduk-tanduk di kepalanya. Mischief meminta bantuan Candy menyalakan lampu mercusuar yg akan memanggil Laut Izabella. Bersama-sama mereka menaiki arus Laut Izabella yg membawa mereka ke dunia lain.

Dunia bernama ABARAT: sebuah kepulauan luas yang terdiri dari 25 pulau. Masing-masing pulau memiliki jamnya masing-masing. Mulai dari Pulau Yebba Dim Day yang jamnya selalu Jam Delapan Malam, Pulau Nonce yang indah dan selalu berada pada Jam Tiga Siang, sampai Pulau Gorgossium alias Pulau Tengah Malam yang dihuni oleh Christopher Carrion sang Pangeran Tengah Malam sendiri. Dan di Abarat segala sesuatu bahkan yg aneh sekalipun mungkin terjadi.

Abarat adalah sebuah novel bergenre fantasi yg bertutur tentang cinta, persahabatan dan sebuah pencarian jati diri. Sebuah novel yg membutuhkan imajinasi liar dalam membacanya.

Alur yg digunakan adalah alur yg cenderung maju dan cukup cepat. Artinya tidak ada bagian yg bikin mengantuk karena lambatnya alur. Dari prolog yg bertutur tentang tiga bersaudara Fantomaya anda akan dibawa jauh ke depan ke masa dimana Candy hidup. Berpindah ke dunia Abarat, anda akan diperkenalkan dengan Carrion dan masa kecilnya yg suram, berjumpa dengan Wolfswinkel yg picik hingga pencipta Commexo Kid yg sombong. Berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau yg lainnya dan bertemu dengan beragam karakter, semua terjadi dengan cepat dan dalam waktu yg singkat tapi tetap dapat diikuti jalan ceritanya.

Ada begitu banyak karakter di dalam buku ini, hingga cukup sulit untuk mengingatnya satu persatu. Beberapa tokoh penting dan favorit saya di dalam buku ini adalah:

Candy Quackenbush, seorang gadis remaja berusia 16 tahun. Candy digambarkan sebagai gadis yg cantik dengan rambut hitam, berperasaan halus dan peka terhadap nasib orang disekitarnya. Sosok yg kuat dengan selera humor yg bagus. Ia memiliki bola mata yg berbeda warnanya, mata kanan biru dan mata kiri coklat dan bisa menggunakan sihir.

Malingo, adalah karakter dari spesies yg disebut Geshrats, spesies yg dipandang rendah dan sering menjadi budak di Abarat. Kulitnya berwarna oranye dan berbintik-bintik. Punya empat tanduk dan sepasang sirip di kepalanya. Malingo adalah karakter yg paling saya sukai, karena sifatnya yg baik, tulus dan setia kawan. Tapi sayang Malingo mempunyai kepercayaan diri yg sangat rendah. Setelah bertemu dengan Candy perlahan-lahan kepercayaan diri Malingo bertambah hingga pada akhirnya berani melawan majikannya yg kejam.

John Mischief, seorang pencuri dengan tujuh saudara yg hidup di tanduk-tanduknya. Nama mereka dari kiri ke kanan adalah adalah John Fillet, John Sallow, John Moot, John Drowze, John Pluckitt, John Serpent dan John Slop. John Mischief digambarkan memiliki mata kiri yg bulat sementara mata kanannya agak sipit. Telinganya runcing, berkumis dan memiliki jenggot hitam. Di kepalanya tumbuh dua tanduk besar yg bercabang-cabang tempat dimana ketujuh saudaranya tinggal. Karakter Mischief merupakan campuran dari karakternya sendiri dengan ketujuh saudaranya. Meskipun kadang-kadang menyebalkan tapi umumnya Mischief bersikap menyenangkan, ceria, sopan, cerdik dan kuat.

Christopher Carrion, adalah salah satu tokoh antagonis di dalam buku ini. Digambarkan memiliki penampilan yg mengerikan dengan kulit membusuk seperti mayat. Di bibirnya ada bekas luka yg diperolehnya ketika neneknya menjahit mulut Carrion gara-gara ia mengucapkan kata cinta. Di lehernya ada kerah tembus pandang berisi cairan biru muda yg dipenuhi makhluk seperti cacing berwarna kuning yg siap-siap melompat keluar dan melahap habis tubuh anda. Carrion memilik sifat pemarah dan suka memanipulasi orang untuk kesenangannya sendiri.

Thant Yeyla Carrion atau lebih dikenal dengan nama Mater Motley, adalah tokoh antagonis lainnya. Mater Motley adalah nenek Carrion yg digambarkan memiliki kulit kering kelabu seperti mayat dan berambut putih panjang. Mater Motley adalah wanita yg kejam dan mengerikan, bahkan lebih kejam dari Carrion. Mater Motley memiliki kemampuan sihir yg sangat kuat. Hampir sepanjang waktunya dihabiskan di menaranya untuk menjahit pasukan tambal sulam. Pasukan yg disiapkan untuk mengguasai Abarat.

Sebagian besar petualangan Candy terjadi di lautan, pegunungan dan hutan lebat yg ada di Abarat. Dunia paralel dengan Bumi yg terhubung di kota Chickentown, Minnesota. Portal yg menghubungkan kedua dunia itu telah dihancurkan oleh penguasa di Abarat, karena mereka menganggap Bumi atau yg mereka sebut Hereafter adalah tempat yg korup dan mempunyai efek negatif bagi kehidupan di Abarat.

Sebetulnya di dalam buku ini banyak memunculkan adegan kekerasan dan kejam. Beberapa yg saya ingat adalah sikap ringan tangan ayah Candy yg suka mabuk, kesewenang-wenangan Wolfswingkel pada Malingo, perlakuan pemilik pertunjukan makhluk-makhluk aneh, kelicikan Carrion yg telah mengadu domba dua orang bersaudara hingga saling membunuh dan masih banyak lagi. Tapi semua itu tertutup dengan kemasan yg sangat bagus. Ratusan lukisan cat minyak yg digambar sendiri oleh Clive Barker dijadikan ilustrasi di dalam buku ini. Selain membaca jalinan cerita yg memikat mata kita juga dimanjakan oleh ilustrasi yg menarik. Sebuah peta kepulauan Abarat yg cukup besar tak lupa disisipkan untuk membantu kita memahami dunia Abarat.

cliveandkaspar

Sepanjang membaca buku ini saya hampir tidak menemukan kekurangannya atau mungkin karena saya terlalu terpesona ya? Satu-satunya kekurangan yg ada adalah jilid buku ini yg kurang kuat. Begitu saya selesai membaca buku ini sampulnya langsung copot dari bukunya. Hmm… tidak masalah sih karena copotnya rapi, tinggal dilem. Tapi untuk penerbit sekelas GPU rasanya sangat disayangkan.

Satu lagi yg sempat luput dari perhatian saya adalah judul buku ini. Adakah yg memperhatikan jika judul buku ini ditulis dengan teknik Ambigram?

Â