Silver Phoenix

No: 037
Judul Asli: Silver Phoenix Beyond the Kingdom of Xia
Penulis: Cindy Pon
Penerjemah: Maria Lubis
Desain Sampul: A.M. Wantoro
Penerbit: Mahda Books
Tgl Terbit: Cet. 1, Desember 2009
Ukuran: 392 hlm; 14 x 21 cm
Tgl beli: Pinjam di Perpuserap
Rating:  2/5

Tidak ada yg menginginkan Ai Ling, dan yg dia inginkan hanyalah kebebasan. Ai Ling seorang gadis muda dari negri Cina telah memasuki usianya yg ke-17. Seperti umumnya tradisi  di sana, setiap gadis muda yg menginjak usia 17 tahun harus segera dinikahkan, karena jika tidak berarti aib bagi keluarganya.

Sayangnya nasib Ai Ling kurang beruntung, setiap rencana perjodohan yg diatur orang tuanya selalu gagal. Penolakan demi penolakan telah menghancurkan reputasi Ai Ling.

Seorang pria yg jahat dan licik, Master Huang, mencoba mengambil kesempatan saat ayah Ai Ling pergi menjalankan tugas negara. Master Huang ingin menjadikan Ai Ling sebagai salah satu istrinya. Ai Ling memilih pergi dari rumah dan bertualang untuk mencari ayahnya

Sebelumnya saya sempat membaca beberapa review tentang buku ini. Rata-rata mereka bertanya siapakah Silver Phoenix itu? Ternyata saya pun tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jika sebuah buku mengambil judul salah satu karakter penting di dalam ceritanya, tentulah karakter tersebut mempunyai porsi yg lebih atau paling tidak ada bab tersendiri yg mengupas tentang karakter tersebut. Sayangnya hal itu tidak saya rasakan disini, nama Silver Phoenix baru di sebutkan di ujung cerita itupun tanpa latar belakang yg jelas.

Jadi. Siapakah Silver Phoenix?

Ada idiom yg mengatakan: “Break the rules. Think out of the box.”  Itulah yg saya coba lakukan disini. Terbiasa membaca karya fantasi dari negri barat ingin mencicipi sesuatu yg berbeda. Pilihan saya kali ini dari negri Timur, karena kedekatan geografis (Eh Cina dekat nggak yah dr Indonesia? Parah! Begini nih kalo buta peta.) harapan saya bisa dengan mudah memahami isi cerita yg disampaikan. Sayangnya buku yg termasuk dalam “10 Besar Kisah Fantasy” (Versinya mana, versi?) ini terasa nanggung dimana-mana. Sepertinya sang penulis sibuk menjejalkan berbagai macam makhluk mitologi dari negri timur hingga lupa menceritakan latar belakang makhluk tersebut. Saya terpaksa harus search di internet untuk mencari informasi tentang mitologi dari negri Cina seperti: istana mimpi-mimpi harum, negeri perempuan, makhluk bertangan sebelah, dsb. Alur ceritanya juga cukup lambat, sementara konflik yg ada (Sedikit terlalu banyak. Kebanyakan malah.) diselesaikan dengan sangat mudah dan cepat. Ibaratnya sekali tebas beres.

Sebuah pilihan yg kurang tepat untuk berkenalan dengan mitologi negeri Cina. Jika ada kesempatan kedua membaca buku ini mungkin saya akan lebih menikmatinya, tapi apakah saya ingin?