Azoth Sang Wanita Sempurna

No: 059
Judul: The Tokyo Zodiac Murder
Judul Asli: Senseijutsu Satsujinjiken
Penulis: Soji Shimada
Penerjemah: Barokah Ruziati
Desain dan Ilustrasi Cover: Staven Andersen
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Genre: Fiksi – Thriller, Suspense, Mystery
Tahun Terbit: Cetakan ke-1 Juli 2012
Tebal: 360 hlm; 20 cm
ISBN: 978-979-22-8591-8
Rating: 4/5

Pada suatu malam bersalju tahun 1936, Heikichi Umezawa, seorang seniman, ditemukan tewas di balik pintu studionya yg terkunci rapat. Di dalam studio Polisi menemukan sebuah dokumen. Dalam dokumen tersebut dijelaskan secara rinci rencana Heikichi untuk menciptakan Azoth, sang wanita sempurna.

Jika saya bisa memperoleh kepala yg sempurna, payudara yg sempurna, pinggul yg sempurna dan kaki yg sempurna, kemudian menjadi tubuh seorang wanita, maka saya akan mendapatkan sang wanita sempurna! Dia pasti berwujud seorang Dewi. Dan jika saya bisa menyatukan enam bagian tubuh yg masih perawan, kecantikan gabungan yg tercipta tak akan tertandingi.

Satu bulan kemudian enam orang gadis, putri dan keponakan Heikichi dinyatakan hilang. Satu persatu mayat mereka ditemukan, di lokasi dan dengan kondisi termutilasi persis sama dalam catatan Heikichi. Sebuah kasus yg aneh karena perancang pembunuhan tersebut telah mati terlebih dahulu. Polisi segera melakukan penyelidikan dan menangkap Masako Umezawa, istri kedua Heikichi, sebagai orang yg bertangung jawab atas dua pembunuhan tersebut. Namun misteri sesungguhnya tetap tidak terpecahkan hingga bertahun-tahun kemudian, orang-orang pun mengenal kasus ini dengan kasus Tokyo Zodiac Murder.

Empat puluh tahun kemudian, seorang wanita bernama Misako Iida pergi menemui seorang detektif partikelir sekaligus peramal nasib, Kiyoshi Mitarai. Ia membawa buku catatan milik ayahnya, Bunjiro Takegoshi, yg baru saja meninggal. Dalam catatan tersebut Takegoshi mengungkapkan kegundahan hatinya karena secara tidak langsung terlibat dalam kasus Tokyo Zodiac Murder. Mr. Iida berharap Kiyoshi bisa menyelidiki kasus tersebut dan membersihkan nama ayahnya.

Dibantu oleh Kazumi Ishioka, seorang ilustrator dan penggemar cerita detektif, Mitarai memulai penyelidikannya. Berusaha mengungkap kasus yg tidak terpecahkan selama 40 tahun yg lalu.

The Tokyo Zodiac Murder adalah kisah pertama dari serial “Detective Mitarai’s Casebook.” Sebagai tokoh utama tentu saja POV Mitarai dan partnernya Ishioka sangatlah dominan. Mitarai yg eksentrik berpasangan dengan Ishioka yg pendiam, bekerja sama berusaha memecahkan kasus yg telah terkubur selama 40 tahun lamanya hanya dalam waktu satu minggu.

Penyajian buku ini juga sedikit berbeda dengan biasanya. Dibagi dalam lima babak yg terdiri dari beberapa adegan dan ditutup oleh intermeso di setiap babaknya. Alurnya juga cukup unik, karena Soji berusaha mengajak pembaca buku ini untuk terlibat dalam penyelidikan yg dilakukan Mitarai dan Ishioka. Setelah bukti-bukti dan fakta yg terkumpul dirasa cukup, Soji melemparkan intermeso tantangan bagi pembaca untuk memecahkan kasus tersebut.

Ternyata ya… membaca novel Jepang bergenre misteri pembunuhan itu nggak segampang baca komik Conan ato Kindaichi loh. Ya klo dalam komik kan kita terbiasa melihat gambar, jd namanya siapa cenderung ga diperhatikan. Lha ini… dalam novel isinya nama semua, banyak dan mirip-mirip, susah ngebedainnya mana yg perempuan mana yg laki-laki. Saya harus bolak-balik depan belakang untuk sekedar mengetahui siapa yg tengah berbuat apa.

Jujur saya kesulitan membedakan jender hanya dari sebuah nama. Blunder yg paling menyakitkan ada sejak awal kemunculan Kazumi Ishioka, saya mengasumsikan dia seorang wanita. Mungkin terlalu terpola dengan film seri dari Barat ya, dimana tokoh utamanya selalu berpasangan pria dan wanita. Jadi sepanjang cerita bergulir saya mengimajinasikan Kazumi (kenapa nggak Kazumo sih?) adalah seorang wanita cantik, bertubuh tinggi semampai, rambutnya hitam legam dan tergerai bebas. Saya lantas menunggu momen-momen romantis yg muncul antara Kazumi Ishioka dengan Kiyoshi Mitarai. Tapi imajinasi saya dipaksa bubar dalam sekejap saat mencapai halaman 200 sekian, saat salah satu karakter dalam buku tersebut memanggil Kazumi dengan Mr. Ishioka. Gedubrak! Hah jadi selama ini????

Untunglah penulis buku ini membekali cukup banyak informasi berupa gambar maupun tabel seperti, silsilah keluarga Umezawa, gambar sketsa lokasi pembunuhan, dll yg memudahkan kita memahami jalannya cerita. Meskipun banyak juga simbol-simbol yg tidak ada penjelasannya.

Dari segi cover, saya menilai buku ini cukup lumayan. Saya suka sampulnya yg sederhana, di dominasi warna putih, tulisan warna merah darah dengan enam simbol perempuan yg termutilasi tubuhnya. Eh berasa lihat simbol toilet gak sih? Klo saya sih iya, udah gitu kesannya ga seram sama sekali. Darah yg menetes-netes malah seperti cat tembok yg mblobor. Belum lagi bagian tubuh yg dimutilasi agak-agak salah fokus deh. Mungkin ada baiknya klo ilustrator yg tengah menggarap sebuah cover buku itu juga membaca bukunya, biar sinkron gitu.

Selain itu saya juga melihat beberapa kekurangan dalam buku ini, antara lain daftar isi yg acak adul. Di tulisnya dimana letak sesungguhnya dimana. Kesalahan kecil yg cukup fatal saya rasa bagi penerbit sekaliber Gramedia. Tidak adanya indeks gambar juga cukup menyulitkan jika ingin melihat-lihat lagi gambar yg ada, sketsa lokasi pembunuhan misalnya.

Meskipun ada beberapa kekurangan dalam buku ini saya tetap merekomendasikan bagi penyuka thriller misteri pembunuhan. Cobalah memecahkan kasus ini berbekal fakta yg ada.

Note:
Review ini ditulis dalam rangka Posting Bareng BBI – Bulan September dengan tema The Tokyo Zodiac Murder