Dua Nuansa Saling Melengkapi

No: 017
Judul Asli:  Rectoverso
Penulis:  Dee/Dewi Lestari
Alih Bahasa: –
Desain Sampul:  –
Penerbit:  Good Faith Production
Tgl Terbit: Cet. ke-4; Januari 2009
Ukuran:  154 hlm; 14×21.5 cm
Tgl beli:  29 Jan 2012, Lapak Buku Blok M Square
Rating:  3.5/5

“… Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.”

Sebetulnya saya sedikit trauma dengan karya Dewi Lestari, karena supernova berhasil melemparkan saya ke sudut ruangan dengan satu pemahaman bahwa sayalah orang terbodoh di dunia karena tidak berhasil menaklukkannya.

Namun ketakutan saya sirna seiring saya membuka lembar demi lembar rectoverso. Meskipun menggunakan bahasa yg puitis dan melankolis yg cenderung berlebih buku ini tidaklah sesulit pendahulunya. Dan sayapun menaklukkannya…

Kuncinya jangan terburu-buru! Saya memilih untuk mendengarkan CD nya terlebih dahulu untuk mendapatkan feelnya, sambil memanjakan mata saya dengan desain grafisnya, menekan-nekan emboss judulnya, dan berlama-lama menatap ilustrasi didalamnya. Meskipun saya sedikit terganggu dengan foto yg terkesan dipaksakan harus masuk semua, tidaklah mengurangi minat saya untuk cepat-cepat membacanya.

Saya putar ulang CD nya dan perlahan saya nikmati sambil membaca bukunya. 11 kisah, 11 lagu dan jangan lupakan 11 puisi kait mengait menciptakan nuansa yang unik.

“… Aku teringat detik-detik yang kugenggam. Hangat senyumnya, napasnya, tubuhnya, dan hujan ini mengguyur semua hangat itu, menghanyutkannya bersama air sungai, bermuara entah kemana. Hujan mendobrak paksa genggamanku dan merampas milikku yang paling berharga. Hujan bahkan membasuh air mata yang belum ada. Membuatku seolah-olah menangis. Aku tidak ingin menangis. Aku hanya ingin ia pulang. Cepat pulang. Jangan pergi lagi.”