The Hobbit

No: 069
Judul: The Hobbit
Pengarang: J.R.R. Tolkien
Penerjemah: A. Adiwiyono
Desain Sampul: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cet. 1; April 2002
Ukuran Buku: 352 hlm; 23 cm
ISBN: 979-686-767-2
Edisi: Bahasa Indonesia
Genre: Fantasy
Rating: 5/5

The Hobbit adalah makhluk rekaan J.R.R. Tolkien yg digambarkan menyerupai manusia bertubuh kerdil, lebih kecil daripada Kurcaci yg berjanggut. Perut sedikit buncit dan kaki tidak bersepatu karena telapak kaki mereka sudah keras seperti sol sepatu kulit. Kaki mereka berbulu senada dengan warna rambut mereka. The Hobbit bukan binatang ajaib karena mereka hampir-hampir tidak memiliki kekuatan apa-apa. Hanya saja jika mereka mau mereka bisa bergerak tanpa suara sedikitpun dan menghilang dengan tiba-tiba.

Bilbo Baggins tinggal di sebuah liang hobbit mewah (menurut standar para hobbit) yg dikenal dengan nama Bag End. Liang tersebut diwarisi Bilbo dari kedua orang tuanya, Bilbo Baggins dan Belladona Took. Orang tua Bilbo berasal dari keluarga yg sangat terpandang dan termasyhur. Bilbo sangat menyukai kehidupannya yg tenang dan damai. Ia suka mengisap pipa, makan makanan enak, memakai pakaian bagus dan tidur dengan nyenyak pada malam harinya. Sifat ini yg juga sifat sebagian besar para Hobbit diwarisi Bilbo dari ayahnya. Tapi sepertinya ada yg aneh dengan Bilbo, berkat garis keturunan ibunya dia juga sangat menyukai petualangan. Sayangnya kesempatan untuk berpetualang itu tidak pernah ada, sampai Bilbo dewasa dan berusia lima puluhan.

Pada suatu pagi yg cerah, Bilbo yg tengah berdiri di muka pintu liangnya menyapa seorang tua yg lewat di depan rumahnya. Orang tersebut memakai topi runcing berwarna biru, jubah panjang abu-abu, syal perak yg menutupi janggutnya yg putih dan panjang serta sepatu bot hitam mengilat. Bilbo tidak pernah mengira orang tua yg lewat di depan liangnya itu adalah Gandalf, seorang penyihir yg sangat termasyhur. Bilbo mengundang Gandalf untuk minum teh di liangnya esok hari. Kedatangan Gandalf ke rumah Bilbo ini diikuti oleh serangkaian kejadian menarik pada keesokan harinya. Berturut-turut pintu liangnya diketuk oleh Kurcaci yg datang berkelompok. Kurcaci-kurcaci itu berjumlah 13 kurcaci, mereka adalah Dwalin, Balin, Kili, Fili, Dori, Nori, Ori, Oin, Gloin, Bifur, Bofur, Bombur dan Thorin.

Kedatangan para Kurcaci ini adalah atas saran Gandalf yg menyatakan bahwa Bilbo adalah seorang pencuri yg sangat handal. Mereka ingin menyewa Bilbo, selain untuk menghindari nasib sial melakukan perjalanan bertigabelas, mereka juga membutuhkan keahlian Bilbo sebagai seorang pencuri untuk merebut kembali harta warisan leluhur mereka di Gunung Sunyi dari cengkeraman Smaug, Naga yg jahat. Pada awalnya Bilbo enggan untuk pergi, tapi segera saja darah Took yg mengalir dalam tubuhnya mengambil alih. Keesokan harinya dimulailah perjalanan panjang mereka ke Gunung Sunyi yg akan merubah hidup Bilbo selamanya.

Sebetulnya buku ini sudah diterjemahkan oleh Gramedia sejak tahun 2002. Entah kenapa buku ini tidak seterkenal pendahulunya trilogi The Lord of The Rings. Baru pada awal 2013 buku ini banyak dicari oleh para pembaca (saya salah satunya) saat filmnya akan segera dirilis. Buku ini adalah prekuel dari trilogi TLOTR, tapi buku ini tidak berkisah tentang Frodo Baggins tapi masa-masa jauh sebelumnya. Buku ini adalah kisah perjalanan Bilbo Baggins bersama para kurcaci untuk merebut kembali harta leluhur mereka. Di dalam buku ini pulalah diceritakan asal mulanya cincin penguasa kegelapan, Sauron, jatuh ke dalam genggaman Bilbo.

The Hobbit adalah sebuah cerita yg pada awalnya ditulis Tolkien karena merasa bosan saat tengah menilai ujian murid-muridnya. Sebuah kalimat tiba-tiba terlintas dibenaknya dan segera dituangkannya ke dalam selembar kertas, “In a hole in the ground there lived a Hobbit.” Itu adalah kalimat pertamanya, dan beberapa tahun kemudian cerita tersebut pun rampung.

Sangat ringan dan mudah dibaca itulah kesan saya saat menyelesaikan buku ini. Terjemahan A. Adiwiyoto yg apik membuat syair-syair di dalam buku ini tidak kehilangan keindahannya dan teka-teki didalamnya pun tidak kehilangan rimanya. Meskipun saya sering melewatkan bagian syair itu yg agak membosankan, tapi tidak satupun teka-teki yg saya loncati. Bahkan saya ikut memutar otak bersama Bilbo dan Gollum.

Banyak pelajaran yg saya dapatkan dari karakter-karakter didalam buku ini, yg paling menonjol tentu saja karakter Bilbo Baggins dan Thorin Oakenshield.

Bilbo Baggins, semua orang pasti tidak akan mengira kalau Bilbo yg memiliki karakter suka hidup tenang dan suka menghindari masalah akan sanggup menyelesaikan perjalanan ini. Tapi sepanjang buku ini kita bisa merasakan perkembangan karakter Bilbo yg dari hari ke hari semakin berani, percaya diri dan bijaksana. Buku ini juga mengajarkan pada kita untuk tidak muda menyerah dalam menghadapi rintangan apapun juga, kita pasti bisa jika berani mencoba. From zero to hero.

Thorin Oakenshield, raja para kurcaci yg sangat bangga akan garis keturunannya, prajurit yg tangguh, sedikit angkuh dan keras kepala. Sayangnya ketidakmampuannya memimpin kelompok mereka dan ketergantungannya pada kemujuran Bilbo membuatnya jadi sosok yg menyebalkan. Terlebih-lebih lagi saat keserakahan akan harta menguasainya. Yah ini sedikit banyak mencerminkan sifat manusia yg cenderung menjadi egois, tamak dan suka lupa dengan sekelilingnya saat dilimpahi harta berlebih. Untunglah keserakahan ini telah ditebusnya dengan penyesalan pada akhir cerita.

Sebuah kisah fantasi klasik yg sangat apik dan layak dibaca oleh siapapun juga. Akhir kata 5/5 bintang buku ini.