No: 052
Judul: Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Penulis: Tere Liye
Desain Sampul: Eja-creative14
Penerbit: Republika
Cetakan: ke-8; Januari 2012
Ukuran: iv + 426 hlm.; 20,5 x 13,5 cm
ISBN: 978-979-1102-46-9
Rating: 3/5
FULL SPOILER ALERT:
Kalau dikasih kesempatan untuk bertanya lima pertanyaan tentang misteri hidup anda, kira-kira anda mau bertanya apa?
- Kenapa aku harus menghabiskan masa kanak-kanak di panti asuhan itu? Kenapa tidak di tempat lain?
- Apakah hidup ini adil?
- Mengapa langit tega mengambil istrinya? Kenapa takdir menyakitkan itu harus terjadi?
- Kenapa aku merasa hampa, padahal aku telah memiliki segalanya?
- Kenapa harus mengalami sakit yang berkepanjangan? Kenapa takdir sakit itu mengungkungku?
Itulah lima pertanyaan yg selama ini membebani benak Ray. Istimewanya Ray berkesempatan mendapatkan jawaban atas kelima pertanyaan itu sesaat sebelum maut menjemputnya. Demi menjawab kelima pertanyaan itulah kita dibawa oleh seorang malaikat berwajah menyenangkan meloncati ruang dan waktu, bergerak maju mundur untuk melihat kembali fase kehiduan Ray yg telah terlewati.
Perjalanan dimulai dari masa kecil Ray di panti asuhan. Tempat yg sangat dibencinya karena disana ia tidak mendapatkan kasih sayang yg dibutuhkannya. Pengurus panti asuhan itu sering berlaku kejam, bahkan memanfaatkan anak-anak panti untuk mengejar ambisi pribadinya.
“Siklus sebab akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yg bisa merubahnya, kecuali satu: Yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir” – p.83
Disinilah Ray mendapatkan jawaban pertamanya. Seseorang yg memahami betul siklus sebab-akibat akan mengisinya dengan kebaikan, tidak peduli seberapa kecil kebaikan itu. Karena kecil-besar nilai kebaikan itu langitlah yg menentukan, kecil-besar pengaruhnya bagi orang, langitlah juga yg menentukan. Bukan berdasarkan ukuran manusia.
Jadi kenapa Ray harus menghabiskan masa kecilnya di panti asuhan itu? Karena Ray menjadi sebab atas akibat yg akan diterima kawan kecilnya. Dan kawan kecilnya itu akan menjadi sebab atas akibat yg akan diterima penjaga panti. Demikianlah siklus kehidupan kita saling berpilin satu sama lain. Kebaikan kecil yg kita lakukan yg tak berarti dimata kita bisa menjadi sebuah rahmat bagi orang lain.
Dari panti asuhan itu kita dibawa melesat ke perhentian kedua, rumah singgah. Tempat dimana Ray pada akhirnya merasa menemukan keluarga yg selama ini dicarinya. Tempat dimana Ray akan menemukan jawaban atas pertanyaan keduanya. Apakah hidup itu adil? Pertanyaan yg sulit bahkan bagi seorang malaikat untuk menjawabnya.
Mungkin kita sering lantang berteriak, “Tuhan tidak adil.” Padahal kehidupan itu selalu adil. Hanya saja keadilan langit itu mengambil berbagai macam bentuk. Meski tidak semua bentuk itu kita kenali.
Seringkali kita harus merelakan sesuatu untuk memperoleh sesuatu yg lebih besar. Kadang kejadian itu berlangsung dengan sangat buruk, hati kita harus lapang menerimanya. Harus bisa berdamai dengan kejadian itu seburuk apapun itu. Karena pasti ada hikmah di balik kejadian buruk itu, ada sesutu yg indah pada akhirnya.
Jadi apakah hidup ini adil? Jawabannya adalah Ya! Sayangnya saat keadilan Tuhan itu buruk rupanya, kita sebagai manusia cenderung menolaknya, tidak mau menerimanya. Sibuk mencari pembenaran dengan menyalahkan orang lain.
Waktu kembali melesat, meloncat dan berputar. Satu demi satu pertanyaan Ray terjawab sudah. Bagaimana ia harus mengatasi kehilangan yg dialaminya, bagaimana ia harus bijak mensikapi hidupnya, dan kembali ia dihadapkan pada hukum sebab-akibat pada pertanyaan kelima. Sebuah novel yg berhasil dengan baik memotret siklus kehidupan seorang manusia. Sayangnya sang penulis membiarkan endingnya setengah menggantung, membiarkan pembacanya merangkai sendiri cerita penutupnya.
Apa yg saya suka dari Tere Liye? Karena dia memiliki gaya bercerita yg khas, bahasanya sederhana tapi selalu indah dan sarat akan makna. Dari ketiga bukunya yg sudah saya baca, temanya selalu unik. Tidak biasa. Karakter-karakternya jg sangat kuat, bukan sosok yg digambarkan serba sempurna hingga tak terjangkau oleh nalar. Tapi manusia biasa yg juga memiliki sisi gelap.
Saya menemukan banyak sekali typo tanda baca di dalam buku ini. Padahal buku ini adalah cetakan ke-8 hal yg tidak seharusnya terjadi, kecil tapi sangat mengganggu. Meskipun demikian saya tetap menyarankan anda untuk membaca buku ini. Kali ini tutup mata dengan covernya yg kurang menarik, karena isi di dalamnya sangat bermakna.
Sebuah buku yg sangat sayang untuk dilewatkan.
“Kalian mungkin memiliki masa lalu yg buruk, tapi kalian memiliki kepal tangan untuk merubahnya. Kepal tangan yg akan menentukan sendiri nasib kalian hari ini, kepal tangan yg akan melukis sendiri masa depan kalian.” – p.96
“Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun berada, kalian sungguh akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yg pergi dari hati. Tidak ada yg hilang dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara.” – p.97
Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkan. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya.” – p.213