Congo

No: 054
Judul Asli: Congo
Penulis: Michael Crichton
Penerjemah: Hendarto Setiadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: ke-2; Oktober 1995
Ukuran:  544 hlm.; 18 cm
ISBN: 979-605-309-8
Rating:  4/5

Buku ini dibuka dengan perjalanan sekelompok tim ekspedisi dari negara Amerika ke pedalaman hutan rimba di Kongo. Tim ekspedisi yg terdiri dari para ahli geologi ini mencari sumber intan mentah. Intan yg mereka cari bukan intan biasa tapi intan biru tipe IIb yg memiliki sifat kelistrikan.

Malam itu rombongan ekspedisi berkemah di dekat reruntuhan kota tua, di suatu kawasan yg oleh penduduk setempat disebut sebagai “tempat tulang belulang.” Saat fajar menyingsing tampak sosok-sosok misterius bergerak dengan kecepatan yg mengagumkan dan terorganisir. Merobohkan tenda, menghancurkan peralatan komunikasi dan menyapu bersih rombongan tim ekspedisi tersebut. Tidak ada seorangpun yg selamat.

Puluhan kilometer jauhnya dari Kongo, sosok misterius tersebut terekam melalui citra satelit dan diteruskan ke komputer pengendali di kantor pusat Earth Resources Technology Services di Houston. Dr. Karen Ross, penyelia Proyek Kongo segera menganalisa citra yg dipancarkan oleh satelit menggunakan metode pengisian bidang kosong dan terkesima saat menatap layar di depannya. Di layar monitor tampak wajah seekor gorilla jantan.

Tanpa buang-buang waktu dikirimlah tim II untuk menyelidiki kejadian tersebut dan untuk melanjutkan misi tim I yg tertunda. Tim II dipimpin langsung oleh Dr. Karen Ross. Uniknya ia mengajak serta Dr. Peter Elliot, seorang ahli primata dan Amy, gorilla betina yg bisa berbahasa isyarat. Dengan bantuan Kapten Munro mereka harus bisa mengalahkan konsorsium Euro-Jepang yg berada di depan mereka.

Anda petualang sejati pasti suka dengan buku ini. Alur ceritanya yg cepat membuat buku ini terasa mengasyikkan dan sayang untuk dilewatkan. Sepertinya Crichton ingin memanjakan pembacanya dengan memberikan semua hal yg memacu adrenalin. Sebut saja pemberontakan, perang, terjun bebas dari pesawat yg terbakar, arung jeram, perang, kanibalisme, gunung meletus, binatang buas, dsb.

Ngomong-ngomong soal binatang buas ato gorilla liar, saya jadi pensaran pengen tahu lebih jauh soal gorilla ini. Dan ini hasil intipan di wikipedia, kalo dari segi fisik memang gorilla ini seram sekali yah. Liat saja tampangnya disamping ini, sepertinya bengis sekali. Tapi coba baca deskripsi wiki di bawah ini (lebih lengkapnya bisa ke wikipedia langsung):

Gorillas comprise the eponymous genus Gorilla, the largest extant genus of primates. They are ground-dwelling, predominantly herbivorous apes that inhabit the forests of central Africa.

Source: Wikipedia

Dari situ ketahuan klo sebetulnya gorilla ini nggak ganas, dia binatang yg pemalu (cenderung menghindari orang yg belum dikenal). Malah Chimpanze *bener ga ni nulisnya* yg mukanya lucu dan menggemaskan itu jauh lebih ganas daripada gorilla.

Bagaimanapun juga saya yakin binatang papaun itu selama tidak diganggu dan merasa terancam pasti tidak akan menyerang manusia kok 😀

Sekali lagi dengan sangat piawainya Crichton berhasil memadukan fakta dengan fiksi. Hampir-hampir saya percaya kalau gorilla memang bisa berkomunikasi dengan kita dan mereka bisa berfikir seperti manusia. Karakter Amy yg kuat membuat saya suka lupa kalau dia itu gorilla bukan manusia. Soal karakter ini juga jadi masalah karena tidak ada 1 orangpun dengan karakter yg kuat, tidak ada yg digambarkan sebagai karakter protagonis. Semuanya memiliki ambisi pribadi dan keserakahannya masing-masing.

Saya sempat membaca beberapa kritikan yg mengatakan kalau buku Crichton kali ini jauh dibawah standar. Selain soal karakter dan ending yg antiklimak ada beberapa hal yg agak nggak masuk akal. Contohnya saja soal logistik dan persenjataan. Logikanya sebuah tim yg akan memasuki medan yg berat akan membutuhkan perbekalan dan peralatan yg sangat banyak, yg nggak akan bisa dibawa oleh 2-3 orang porter saja. Tetapi dalam buku ini semua itu bisa diatasi dengan membayar ±5 orang porter. Sementara mereka semua berdelapan belum termasuk Amy yg tentunya memiliki kebutuhan yg berbeda.

Memang kalo dipikir-pikir mustahil mereka bisa bertahan hidup, jadi selama membaca buku ini saya mencoba mengabaikan logika. Jangan kebanyakan mikir, baca dan nikmati aja, let it flow bahasa bulenya. Lupakan juga logika waktu yg diperlukan untuk menggelembungkan sebuah balon udara sampai dia layak terbang.

Mungkin Crichton sudah memikirkan kejanggalan-kejanggalan tersebut dan mengantisipasinya dengan memberikan penjelasan bahwa peralatan dan perbekalan yg mereka bawa adalah standar NASA. Dengan kata lain canggih. Jadi sah-sah saja kalau sebuah tenda bisa dikompres jadi sebesar bola yg sangat ringan dan makanan bisa dipadatkan jadi sebesar vitamin, dsb.

Kalau masih ga terima juga, coba aja baca komik Dragon Ball. Disitu anda akan berkenalan dengan Burma, gadis 16 tahun anak pemilik Capsule Corp. sebuah perusahaan yg berhasil membuat “apapun yg anda butuhkan” ke dalam sebuah kapsul. Jadi kalau butuh tenda, tinggal pilih kapsulnya, lempar dan plop… sebuah tenda yg nyaman berikut perlengkapannya sudah tersedia 😀

Memang susah ya bersikap obyektif kalau penulis bukunya adalah favorit kita. Tapi buat saya buku tetap termasuk salah satu karya terbaik Crichton.